Antara seruan Presiden dengan Pemilik Jagat ini



Andaikan saja presiden negeri ini membuat pengumuman.

" Wahai rakyat negeri yang kucintai. Mulai malam ini, hingga sembilan malam mendatang, pintu istanaku terbuka lebar untuk kalian semua."


"Aku telah menyediakan jamuan spesial. Kalian bisa makan sepuasnya, minum sepuasnya, bersenang-senang sepuasnya. Setelah kalian puas, silahkan dibungkus. Bawa oleh-oleh untuk keluargamu di rumah. Sebanyak mungkin. Agar semuanya kebagian."


"Di antara sepuluh malam itu, aku akan selipkan sebuah kejutan dahsyat bagi siapa saja yang bersungguh-sungguh dalam mengabdikan dirinya kepadaku. Semua akan kuberikan. Bahkan seluruh keluarganya, akan kujamin keselamatan dan kehidupannya sampai tujuh turunan."

Apa yang ada dalam benak kita jika ada pengumuman dari Istana Negara seperti itu? Bisa dipastikan, jumlah pengunjung akan membludak. Dan, dipastikan, Sang Presiden tak bisa memenuhi janjinya.

Saya yakin, semua warga juga sangat antusias dalam menyambut pengumuman itu. Pastilah ada yang menyiapkan bantal, kasur, makanan ringan, pakaian ganti, handuk, alat mandi dan semua perlengkapan yang dibutuhkan untuk bermalam selama sepuluh hari.

Jika ada beberapa yang enggan, kemungkinannya ada dua. Dia termasuk orang yang malas. Atau sombong. Yakni merasa tak butuh dengan apa yang ditawarkan oleh Sang Presiden di Negerinya itu. Benar?

Nah, sayangnya, ketika pengumuman itu datang melalui insan Paling Mulia di Jagat Raya ini, menyampaikan apa yang diperintahkan oleh Dzat yang Menciptakan Sang Presiden, bahkan kepastiannya dijamin tak akan meleset, masih saja kita dapati sebuah pemandangan yang berkebalikan.

Sehingga, ketika Allah mengundang kaum muslimin untuk bermalam di Rumah-Nya, sangat banyak diantara kita yang memilih acuh. Bahkan, banyak berdalih aneka cerita.

Padahal jelas janji-Nya melalui lisan utusan-Nya, barangsiapa berjalan menuju Masjid untuk mencari kebaikan atau mengajarkan kebaikan, maka dia seperti Mujahid Fi Sabilillah.

Atau sabda Nabi yang lain, Siapa yang melangkahkah kaki ke masjid, maka satu langkahnya sebagai penghapus dosa dan satu langkah yang lain sebagai pengangkat derajat.

Kemudian, setibanya di Rumah-Nya itu, kita disuguhi dengan aneka hidangan super lezat. Cukup duduk sambil dzikir, maka sudah dihitung I'tikaf. 


Ketika ia bertatap muka dengan sesamanya, berjabat tangan dan bertukar senyum, maka terhitung silaturahim. Apa balasan silaturahim? Siapa yang mengikat tali silaturahim, maka dipanjang umur, diluaskan rejeki dan dihindarkan dari penyakit.

Jikapun hanya tidur, setelah niat baik, maka bisa tercatat sebagai memakmurkan Rumah-Nya. Dahsyat balasannya, "Hanya orang-orang yang beriman dengan Allah dan Hari Akhirlah yang memakmurkan Masjid."

Apalagi? Sangat banyak kawan. Bahkan, di forum itu, semua keutamaan diberikan oleh Sang Pemilik Rumah. Sampaikan semua hajat kita, maka Dia akan mengabulkan. Sampaikan saja.

Minta jodoh. Mulai dari satu, dua, tiga atau empat. Asal adil. Minta rejeki. Berapapun, karena Dia Maha Kaya. Agar dimudahkan segala urusannya. Agar dijauhkan dari penyakit. Agar Islam segera berjaya. Agar kaum Muslimin segera memenangkan pertempuran melawan kebatilan.

Sudah. Datang saja. Berdoa saja.

Untuk diri sendiri. Istri, suami, orang tua, kakek, nenek, anak, kakak, adik, keponakan, cucu, sahabat  dan semuanya. Untuk negeri ini. Agar barokah dengan iman dan taqwa. Untuk Mesir, Palestina, Suriah, Rohingnya, dan semua negeri muslim lainnya. Berdoa pula agar Allah menjadikan diri ini bagian dari para Pejuang itu. Minimal, dengan kita mencintai dan mendoakan mereka yang berjuang.

Apakah ini bukan suatu tawaran sangat sangat sangat spesial? Adakah tawaran lain dari pihak lain yang lebih spesial dari tawaran ini?

Bahkan, jikapun kita tidak meminta apapun di RumahNya itu, Maka Dia akan memberikan yang terbaik dari apa yang kita butuhkan. Apalagi, ketika kita datang dengan niat yang tulus, melangkah dengan gagah, mengamalkan sepenuh hati apa yang telah diajarkan oleh Sang Nabi. Maka yakinlah, dunia dan seisinya adalah seperti sayap nyamuk. Kecil. Sangat tak layak jika dibandingkan dengan segala macam imbalan yang Allah berikan.

Dan jika, imbalan bukan menjadi alasan kita. Maka ketulusan niat itu, akan membuat kita cukup dengan Allah. Hasbunallah wa ni’mal wakiil. Ni'mal maula wa ni'man nashiir.

Adakah kita akan menyia-nyiakan tawaran ini? Sementara esok, tak ada yang bisa menjamin bahwa kita masih bernafas. Apalagi tahun depan ?!






sumber : islamedia

Artikel Lain :

  • Takdir Kematian yang bisa diundur

  • 10 Langkah Menjemput Rezki

  • Sukses Dalam 40 hari

  • Kelahiran nabi muhammad semesta meyambut

  • Sejarah Ka'bah

  • Sebuah Dukungan untuk ustads Yusuf mansyur

  • Sholat Tarawih Tercepat Didunia


  • Pusaran Badai Konspirasi ustadz Yusuf mansur

  • Kisah Ashabul kahfi 7 Pemuda tidur ratusan tahun

  • 15 masjid terbesar didunia

  • Keajaiban sedekah : bangkit dari kebangkrutan

  • 6 Amalan mengatasi kesulitan
  • Comments